Saya pernah menyaksikan konser Maher Zain. Niatnya bukan ingin menikmati konser, tapi hendak melihat situasi penonton ketika lagu-lagunya dinyanyikan. Saat itu ada yang asyik berjoget. Bahkan di antaranya ada yang sudah sepuh. Saya bertanya dalam hati, apakah yang sibuk berjoget ini sedang ingat Allah? Karena rasanya agak sulit mengingat Allah kalau berjoget.
Nah, saudaraku. Mari kita periksa hati ketika mendengarkan lagu. Apa lagu itu membuat hati semakin bersih atau tidak. Jika mendengarkan lagunya yang terbayang justru merek atau gambar di kasetnya, maka lebih baik tidak usah. Periksalah hati kita. Kalau justru membuat hati kotor, langsung ganti misalnya dengan syair-syair Asmaul Husna saja. Termasuk kalau kita mau menyanyikannya. Periksa hati, apakah ada manfaatnya? Membuat ingat kepada Allah atau menjauhkan?
Bukan sebaliknya. Misalkan malah sengaja tenggelam dalam lagu yang mendayu-dayu. Seperti saat mendengarkan sebuah lagu, malah terbayang sedang berada di atas kapal Titanic. Atau, “Duhai belahan jiwaku, aku bingung melangkah tanpamu, kedatanganmu masih terus kunanti.” Lagu-lagu yang begini benar-benar cenderung musyrik. Kecuali mungkin kalau yang dinanti itu angkot.
Saudaraku. Anjuran saya, lebih baik perbanyak mendengarkan al-Quran. Karena al-Quran itu sudah puncaknya nada. Tidak bisa diiringi gitar, drum atau biola. Coba saudara iringi gitar saat ustad Zuhud mengimami salat di Daarut Tauhiid. Pasti petikan gitarnya tak bisa mengejar. Kelembutan dan kekhusyukan nadanya sudah diciptakan demikian indah oleh Allah.
Belum lagi keindahan, keserasian dan kebenaran al-Quran itu sendiri.“Katakanlah, Sesungguhnya jika manusia dan jin berkumpul untuk membuat yang serupa dengan al-Quran ini, mereka tidak akan dapat membuat yang serupa dengannya, sekali pun mereka saling membantu satu sama lain.” (QS. al-Isr [17]: 88)
Oleh sebab itu, berbahagialah bagi saudara yang sudah mulai hijrah, menyukai ayat-ayat dan asma-asma Allah. “Dan sungguh, al-Quran itu benar-benar suatu peringatan bagimu dan bagi kaummu, dan kelak kamu akan diminta pertanggungjawaban.” (QS. az-Zukhruf [43]: 44)
Al-Quran jauh lebih membersihkan hati dibanding kata atau kalimat apa pun selainnya. Justru kalau kita mendengarkan yang lain, seperti lagu-lagu yang cenderung musyrik itu, maka bisa membangkitkan lagi kenangan-kenangan kemusyrikan kita. Lalu,kita jadi mudah terbawa suasana. Sehingga hati kembali menjadi tegang, dan hidup pun jauh dari ketenangan.
Jadi, sudahlah saudaraku. Segera ganti dengan al-Quran. Kalau pun mau mendengarkan lagu, saya anjurkan agar benar-benar diperiksa dan dipilih yang jika kita mati saatmendengar lagu itu, kita bisa khusnul khatimah. Misalnya lagu yang syairnya begini: “Tuhan dosaku menggunung tinggi.” Ampunilah, karena hanya Engkau yang dapat mengampuni. (mozaik.inilah)

