Bagaimana Jawabannya Bila Anak Bertanya ‘Kemana Orang Meninggal Pergi?’



Pertanyaan dari mana kita datang, untuk apa kita lahir ke dunia dan hendak kemana setelah mati, adalah pertanyaan yang harus tuntas stimulasinya di usia dini. Bila tarkiz aqidah yang kita peroleh dahulu mungkin di usia dewasa, maka seharusnya prosesnya bagi anak-anak kita sudah dimulai di usia dini. Maka jawaban kita adalah informasi yang berharga bagi anak dalam menancapkan aqidah.
Seorang informan yang baik, harus memberikan informasi yang sebenarnya meskipun saat itu ananda belum bisa mengaitkannya dengan fakta. Sebab di usia dini, informasi itu ada kalanya harus diterima dengan taklid karena belum bisa memahami informasi yang berasal dari sebuah pemahaman semisal dari al-Quran. Namun seiring dengan bertambah usia dan fakta, serta jejak-jejak penciptaan semakin dalam diindera, maka otak anak akan bisa mengaitkan realitas tadi dengan informasi yang kita berikan. Misalkan suatu waktu dia melihat orang yang meninggal, kemudian dikuburkan sebagai fakta baru, maka anakpun akan bertanya kemana orang meninggal pergi?
Saat inilah bunda baiknya mencoba mengaitkan bahwa manusia akan kembali kepada Allah dengan pertanggung jawaban, ada yang masuk surga karena dia sholih ada yang di neraka karena manusia ingkar atau  tidak beriman kepada Allah. Tentunya saat itu ananda belum bisa memikirkannya, informasi yang diterima bersifat taklid. Namun kebenaran informasi sangatlah penting dan tidak boleh berdusta.
Adakalanya anak ketakutan ketika melihat fakta orang meninggal, sebenarnya suatu hal yang naluriyyah karena ananda memiliki naluri baqo, ingin tetap hidup, salah satu penampakannya adalah rasa takut.
Pada dataran ini, bila belum ada informasi sebelumnya tentang fakta tersebut maka memang akan memunculkan tanda tanya yang membutuhkan jawaban yang memuaskan akal ananda. Akan tetapi, mengingat akalnya belum bisa mengaitkan informasi dengan fakta, maka yang muncul adalah kesadaran sensasional, bahwa dia takut mati dan ayah bundanya tidak boleh sakit dan tidak boleh mati.
Dalam kondisi seperti ini, tentunya hal pertama yang dilakukan adalah menenangkan ananda bahwa saat ini kita semua masih dikaruniai kehidupan, masih bisa menghirup udara pemberian Allah, masih bisa bernafas, bergerak, melihat, masih diberi rezki dst. Allah masih ingin melihat kita menjadi hamba yang sholih, dan hamba yang bisa bersyukur dengan rajin sholat, rajin tahfidz, rajin belajar, rajin membantu bunda, gemar berbuat baik, gemar berbagi dsb. Oke, mari kita nikmati kehidupan ini dengan penuh rasa terima kasih kepada Allah.
Jadi pada intinya, stimulasi berpikirnya dibawa ke realitas yang bisa diindera, untuk lebih menancapkan kehadiran Allah dalam dirinya, alam di sekitarnya dan kehidupannya hingga ada saatnya memberikan penjelasan lainnya tentang semua makhluk yang akan punah, akan ada hari kiamat, akan ada hari penghisaban dimana yang bertaqwa disediakan surga dan yang kufur kepada Allah disediakan neraka. (muslimahzone)